Friday, October 31, 2014

Kumpulan Puisi beserta Parafrasenya


GURU

Guru............
Jasamu sangatlah mulia.
Setiap hari tanpa mengenal lelah.
Mengajarisampai kami bisa.

         Guru............
         Jasamu tiada tara
         Untuk membuat siswa mu mencapai cita.
         Guru................
         Kau memang pahlawan tanpa tanda jasa...          



Parafrase 

    Guru tugasmu sangatlah mulia,tanpa mengenal lelah dari pagi sampai siang kau mengajari sampai muridmu bisa. Jasamu tiada tara,engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa..
 
HAMPA
1.     Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Parafrase
(keadaan amat) Sepi di luar (sana).
(Keadaan) Sepi (itu) menekan-(dan) mendesak.
Lurus kaku pohon(-pohon)an (disana).
(pohonan itu) Tak bergerak
Sampai ke puncak (nya). Sepi (itu) memagut(ku),
Tak satu kuasa (pun dapat) melepas-(dan me)renggut(nya
dariku)
Segala(nya hanya) menanti. Menanti. (dan) Menanti (lagi).
(menanti dalam) Sepi.
(di) Tambah (lagi dengan keadaan saat) ini (,) menanti jadi
mencekik (malah)
Memberat(kan dan)-mencekung (kan) punda (kku)
Sampai binasa segala(-galanya). (itu pun) Belum apa-apa
(bahkan) Udara (pun telah) bertuba. Setan (pun) bertempik
(sorak)
Ini (,) (peraan) sepi (ini) terus (saja) ada.
Dan (aku masih tetap) menanti.

 
AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Parafrasenya :
    Dari awal pertama kali melihat dirimu aku ingin sekali mencintaimu tetapi dengan sederhana. Sulit sekali bagiku untuk menyampaikannya, dengan kata yang tak sempat diucapkan tersebut.
Bagaikan kayu kepada api yang terbakar diriku serasa seakan hasil dari bakaran tersebut yang menjadikanya abu. Jika memang benar kau cinta kepadaku sungguh aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja karena cinta itu tidak harus mewah.
    Dengan isyarat mengerti satu sama lain aku yakin bisa memilikimu. Tetapi yang kutakuti rasa ini tak akan sempat disampaikan kepadamu. Awan hitam nampak terlihat memberi tanda kepada hujan yang akan turun menjadikannya tiada sebuah harapan bohong untuk mencintaimu
 
KRAWANG BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ? 
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Parafrase
KRAWANG-BEKASI 
(Dan) Kami (,) yang kini terbaring (meninggal) antara Krawang-(dan) Bekasi
(Kami) tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru (suara perjuangan) kami,
terbayang kami (ingin) maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam (keadaan) hening di malam (yang) sepi
Jika dada (te)rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami (telah) mati muda. Yang (ter)tinggal (dari kami hanya) tulang diliputi debu.
(Selalulah) Kenang (kami), kenanglah (jasa) kami.
(Karena) Kami sudah coba apa yang kami (mampu) bisa (lakukan)
Tapi kerja belum selesai,(karena) belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa (yang terbaring gugur)
(Namun) Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
(Karena) Kaulah lagi yang (akan) tentukan (sendiri) nilai (harga diri) tulang-tulang berserakan(tersebut)
Atau (hanyalah) jiwa kami melayang untuk kemerdekaan(,) kemenangan dan harapan (bangsa)(.)
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, (karena) kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata (untuk bangsa dan kami yang telah gugur)(.)
Kami bicara padamu dalam (keadaan) hening di malam (yang) sepi
Jika ada (te)rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
(Selalulah) Kenang (kami), kenanglah (jasa) kami
Teruskan (selalu), teruskan (semangat dalam) jiwa kami
(Yang setia) Menjaga Bung Karno(,)
menjaga Bung Hatta
(dan) menjaga Bung Sjahrir
(Tapi) Kami sekarang mayat
(Namun) Berikan kami arti (bagi kami)(.)
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian (bangsa)(.)
(Selalulah) Kenang (kami), kenanglah (jasa) kami 
yang (ter)tinggal (dari kami) (hanyalah) tulang-tulang diliputi debu(.) 
Beribu kami terbaring (gugur) antara Krawang-Bekasi

5 comments: